Tahun 2008 sampai 2009 adalah masa-masa penentuan bakat nasional; apakah seorang pejabat, baik nasional maupun daerah, memiliki bakat menjadi pejabat atau tidak. Pengalamn masa lalu memperlihatkan bahwa kita sering tidak mempertimbangkan bakat seorang pejabat, sehingga bayak terpilih ilmuan menjadi pejabat. Ironisnya banyak pula bejabat yang memaksa diri menjadi ilmuan. Akibatnya kacaukan.
Perbedaan antara pejabat dan ilmuan sangat kontras. Seorang yang ingin jadi pejabat harus punya bakat berbohong, tapi jangan coba-coba salah; sedangkan seorang ilmuan harus punya bakat untuk berbuat salah, tapi jangan coba-coba berbohong. Dampak dari kesalahan mengenali bakat kedua makhluk ini sangat fatal. Bayangkan kalau dalam pumbutan dan menerapkan kebijakan seorang pejabat selalu salah, tapi tidak apa-apa bohong. Dan bayangkan pula seorang ilmuan yang berbohong atas hasil temuan keilmuannya, tapi biasa saja terjadi kesalahan.
Oleh karena itu, mari sama-sama bertanya pada diri: "apakah saya benar-benar berbakat menjadi pejabat? atau saya berbakat jadi ilmuan". Jawabanya ada setelah selesai pilkada dan pilpres nanti apakah orang yang terpilih sesuia bakatnya.
